Melody Love In Bangkok (Chapter 1 - 2)

Title                    :  Melody Love in Bangkok
Figure                :  Plern/Nam(Natcha Nualjam), Kung(Jirayu La-ongmanee),
                                 Lim (Thawat)
Writer                :  Diach Shin
      Oke..sebelum mulai ceritanya, biara kayak penulis cerita professional! Aku mau buat kata sambutan.
       Sebelumnya puji syukur aku panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmatnya (listrik, computer, layanan internet) saya bisa menyelesaikan cerita ini. Walaupun dalam waktu pembuatannya saya sering kehilangan ide, tiba-tiba listrik mati  sendiri (?) trus kadang – kadang baru mau nulis cerita langsung saya langsung mengantuk.
Ya harapan saya semoga saya dapat menulis cerita dengan baik, semoga pembaca dapat mengerti jalan cerita dari cerita-cerita ini. Maaf jika ceritanya sedikit garing. Oh, ya jujur nich! Dalam cerita ini, saya banyak terinspirasi dari Thailand. Oh ya untuk setiap karakter misalnya Kung, kalian bayangin aja mukanya kayak  Jirayu Laongmanee, untuk Nam/Plern kalian bayangin mukanya Natcha Nualjam dan Untuk karakter Lim bayangin mukanya Thawat Pornrattanaprasert . Dan kalo ada kesamaan nama “minhae”,… ada juga beberapa nama yang sebenarnya, ternyata ada kesamaan dengan karakter dalam film Thailand. Hal ini tidak disengaja.
                                                       “Happy Reading!”
Chapter 1


         Pagi hari yang cerah di hari Minggu, Plern gadis Thailand berusia 9 tahun, berwajah yang manis dan bersuara merdu sedang bersenandung di jendela kamarnya sambil memandangi langit merah, dengan bulatan membumbung tinggi “matahari”.
        “ah mai praw mai meuan pleng tua pai…..tae gub chun…..pleng nee chang mee kwarm mai….tae la sieng took   toy kum.. tee kian long pai oh~……jark roy yim kaung tur….tee hai mah…..”.
Itulah penggalan lagu yang dinyanyikan Plern. Tiba – tiba….terdengar suara anak laki-laki dengan gitarnya, bernyanyi dengan lirik…“mun bung kup pahkk gai.. Hai seu kwarm mai..”
Plern pun mencari asal suara tersebut. Toleh kanan – kiri #kaya mau nyebrang dan menoleh ke bawah…
“aaahh…. Ternyata kau Kung.” sapa Plern
“Hai Plern,..!!(sambil melambaikan tangan)” sapa kembali Kung
“Hai…Kau bisa bermain gitar??” tanya Plern
“Cepat turun, aku ingin mengajak kau ke taman.” ajak Kung
“Baik. Tapi aku ijin dulu ya kepada ibuku.” sahut Plern
“Eemm..ok, cepat ya!” jawab Kung
(Kung adalah anak laki-laki yang tampan berusia 10 tahun ,memilki talenta yang sangat baik dibidang music dan sangat pandai matematika. Orangtuanya adalah pengusaha sukses. Tak jarang Kung harus , ditinggal beberapa minggu bakan bulanan di luar kota oleh ibu dan ayahnya. Sehingga Ia sering bermain bersama Plern untuk mengisi kesepiannya dittinggal ortu.)

Tak lama, Plern pun turun dan menemui Kung.
“Ayo berangkat !” ajak Plern
“Baik..” Kung mengangguk
“Sejak kapan kau bisa bermain gitar?? Bisakah kau mengajariku cara bermain gitar?  sepertinya   sangat asyik jika bisa bernyanyi sambil bermain gitar?” tanya Plern
Melihat senyum manis Plern, Kung pun terpesona dan merasa seperti terpaku oleh senyum Plern
“Bi..bi..bis-sa…(dengan terbata-bata)” jawab Kung
“Aaaa…terima kasih Kung. Kau teman terbaikku” sahut Plern
Tak berapa lama mereka berjalan, akhirnya mereka tiba di taman. Mereka pun saling bercakap-cakap dan    Plern mulai belajar gitar bersama Kung.Mereka terlihat bahagia belajar bermain gitar, Plern pun tertawa dan tersenyum. Kung yang melihat senyum Plern, makin terpesona dengan wajah manis Plern.
             Karena teriknya matahari semakin menyengat, mereka pun pulang. Di jalan, Kung bercerita, bahwa 2 hari lagi ia dan keluarganya akan pindah ke Jakarta karena urusan bisnis ayah dan ibunya selama 8 tahun.
“Plern, aku rasa aku tidak bisa lagi mengajari kau bermain gitar.” Kata Kung
 “Kenapa ? Kau bosan mengajariku ya? Apa aku terlalu bodoh untuk diajari?” Tanya Plern,
  heran.
 “Bukan itu ! Kau tidak bodoh, kau sangat mudah menangkap pelajaranku. Tapi,……” terang Kung.
 “Tapi apa?” Tanya Plern, heran
 “Dua hari lagi, aku akan pindah ke Jakarta. Ayah dan ibuku ada urusa bisnis.” Jawab Kung
 “Lama tidak ?” Tanya Plern
 “8 tahun...” sahut Kung, sedih
 “Aaah..itu tidak lama. Kita pasti bertemu lagi, saat kita remaja… “ kata Plern, meyakinkan Kung
 “Aku percaya pasti kita bertemu kembali. Tunggu aku Plern…” pinta Kung
Langkah mereka berdua terhenti di depan rumah Plern, sebelum Plern menjawab permintaan Kung,untuk
menunggunya selama dia pergi.
“Bye..bye Kung, jaga dirimu baik-baik.” Ucap Plern
“bye….Kau juga, jaga dirimu baik-baik. Ingat ya apa yang aku ajarkan tadi, aku harap  8 tahun lagi aku bisa melihatmu bermain gitar.” Kata Kung
“eem..Ok !” jawab Plern

Sebelum meninggalkan rumah Plern, Kung berkata dalam hati “8 tahun..tidak lama. Aku yakin kita berdua pasti akan bertemu saat kita dewasa. Aku yakin”
Setelah berkata seperti itu, barulah ia meninggalkan rumah Plern dan beranjak pulang ke rumah.


Chapter 2
                     Di jendela kamarnya , Plern memandangi langit hitam bertabur serbuk putih berkilau”bintang”.
Dia memikirkan ucapan Kung, kehilangan sahabat terbaiknya saat kecil sangat berat. Namun dia berpikir bahwa ini bukanlah perpisahan untuk selamanya.
“Aku yakin pasti kita bertemu lagi..mungkin saat kita dewasa. Hah..pasti saat kita dewasa, wajah kita sedikit berubah. Kung tampak lebih tampan dan aku tampak…(ucapannya terhenti)”
“Plern, lekas  tidur dan matikan lampu !” kata ibu Plern
“Baik bu.” sahut Plern
Plern pun segera tidur.
           
  Keesokan harinya,
Plern terbangun dari tidurnya, segera mandi dan setelah selesai, turun ke ruang makan untuk sarapan bersama ibu , ayah dan saudara kembarnya Nam.
(Nam adalah saudara kembar Plern. Fisik mereka hampir serupa hanya saja  Nam,sangat suka membaca novel .)
“Selamat pagi, semua.” Sapa Plern
“Pagi , Plern…” sahut Nam
“Plern, tadi pagi Kung datang ingin bertemu denganmu. Karena ibu bilang kau masih tidur, Kung tidak ingin  ibu membangunkanmu. Jadi dia hanya menitipkan buku untukmu. Bukunya ibu taruh di meja belajarmu.” Kata ibu  
“Baik bu, nanti aku ambil bukunya.” Jawab Plern
                Setelah selesai sarapan dan membantu ibu membersihkan meja makan , Plern pun segera menuju ke kamarnya untuk melihat buku pemberian Kung. Dibukanya buku tersebut, ternyata di dalam buku itu ada sepucuk surat dari Kung.

#Buku dari Kung :











#surat Kung :














“Tunggu dulu,..aku kan tidak mempunyai gitar. Lalu bagaimana??
Aha ! Aku pinjam gitar Lim saja dulu !” pikir Plern
(Lim adalah teman Nam, Plern juga sangat akrab dengan Lim).
        Plern segera berangkat menuju rumah Lim dan berniat meminjam gitar Lim.
 “Plern , mau pergi kemana?” Tanya Nam
 “Ke rumah Lim untuk pinjam gitar. Tolong beritahu ibu aku akan segera kembali. Bye Nam.” jawab    Plern ,terburu-buru.
 “Baiklah..”sahut Nam
  Tiba-tiba Nam ingat, bahwa Lim tidak ada di rumah sekarang. “Tapi Plern, Lim tidak di rumahnya sekarang!”  kata Nam sambil berteriak.
Nam  pun berusaha memberitahu Plern , sayangnya Plern sudah jauh.
Sampai di rumah Lim, Plern tidak menjumpai Lim. Plern hanya bertemu dengan Ibu Lim.
“Hallo Bibi. Apa Lim ada?” Tanya Plern
“Lim sedang berlibur di rumah neneknya di Pattaya.” Kata Ibu Lim
“Kalau begitu aku pulang dulu Bibi,..”sahut Plern
“Ya..hati – hati di jalan Plern” jawab Ibu  Lim

Plern pun pulang ke rumah dengan hati kecewa karena tidak dapat meminjam gitar Lim.
Setibanya di rumah Nam, menyapa Plern yang sedang terlihat tidak bersemangat.
“Plern tadi aku ingin memberitahumu bahwa Lim tidak ada di rumah. Tapi kau sudah pergi,.. “ kata Nam
“Aku sudah tahu.” Jawab Plern, singkat
“Oh, ya aku belajar dulu ya besok aku ulangan.. bye!” kata Plern
Nam pun hanya mengangguk, sambil menikmati cemilannya.

#6 hari kemudian………..
    

“Kiriman paket,” teriak seorang kurir , di depan pintu
Nam yang sedang ada di dapur, segera menghampiri kurir tersebut.
“Paket dari siapa pak?” Tanya Nam
“Dari Jakarta pengirimnya Kung Siraprapat ” kata kurir
“Ooh..Kung. Pasti untuk Plern.” Kata Nam dalam hati
“Tolong tanda tangan di sini” kata kurir sambil menunjukkan kartu bukti pengiriman
       
      Nam segera memindahkan paket tersebut ke kamar Plern.
Karena Plern sedang tidak di rumah, jadi paket tersebut diletak begitu saja di kamar Plern.

“Aku pulang…”sapa Plern kepada penghuni rumahnya
“Plern, sudah pulang. Kau agak telat pulang sekolah?” sapa Nam kembali
“Ya, tadi aku pergi ke took buku mencari Novel baru..hehehehe” jawab Plern, dengan senyum kecil
“Novel ? kau tidak memberitahu ku jika ada Novel baru ?!” Tanya Nam, kecewa
“Jangan khawatir, ini baca saja Novel yang baru aku beli” memberikan Novel kepada Nam
“AAAaaa…thank’s  my twice !” kata Nam, bahagia
“Sama-sama, saudara kembar tercantikku.” Jawab Plern
“Nam…. Apa ada telepon dari Kung ??” Tanya Plern, antusias
“Kung… tidak ada. Kau rindu dengan Kung ??. Kenapa tidak menelpon dia atau  kirim saja surat kepadanya” saran Nam
“Masalahnya aku tidak tahu nomor telepon dan alamat Kung di Jakarta
“Oh ya tadi ada paket dari jasa pengiriman barang.Lihat di kamarmu ya.” Celetuk Nam
“Paket ? Isinya apa ? Dari siapa?” Tanya Plern, penasaran
“Eemm… kau lihat saja sendiri !” jawab Nam
Plern pun segera ke kamarnya dan meninggalkan Nam sendiri dengan Novel baru Plern.
      
       Ketika di kamar, Plern heran dan penasaran. Ia menebak-nebak, apa isi paket tersebut.
“Pasti isinya Novel dari bibi..Eh,… jika Novel mengapa bungkusannya besar? Ah mungkin Novelnya ada banyak. Hihihiii XD” kata Plern, yakin

      Setelah dibuka,..ternyata isi paket itu sebuah gitar.
                 “WooouuuuUUUU..gitar !! Dari siapa ya ? Aaa…dari Kung. Warna gitarnya keren.. warna ungu,!!!    Kung   kau adalah teman terbaikku.” Teriak Plern, bahagia
              “Ada surat juga… asikk… akhirnya Kung mengirim surat juga” kata Plern, bahagia



 I have an illustration, that’s the guitar from Kung for  Plern.
 “I think, that’s cute guitar. And I want have one . But the color not purple , but pink color”

  “Kung  kau selalu bisa mengerti aku. Gitar ini sangat bagus. Aku akan berusaha dengan baik , belajar bermain gitar. Dan aku berjanji saat  aku bertemu dengan Kung. Aku sudah bisa bernyanyi sambil bermain gitar. Pasti keren…” gumam Plern


Tunggu ya Chapter 3-nya:)
Jangan lupa komen, supaya admin bisa memperbaiki kualitas karya tulis "cerita" admin:))

Comments

Jangan lupa subcribe